Pendidikan di indonesia selalu menjadi persoalan yang belum mampu diselesaikan oleh pemerintah. Mulai dari mahalnya biaya pendidikan hingga kualitas pendidikan yang masih dipertanyakan. Data kuantitatif masyarakat yang mengenyam pendidikan tidak berbanding lurus dengan kualitas SDM di indonesia. Artinya, jika dikaitkan dengan kesjahteraan penduduk (tingkat kemiskinan dan penggangguran), peranan pendidikan belum mampu memberikan perubahan positif yang signifikan. Bahkan gelar sarjana pun tidak menjamin bahwa individu tersebut mampu dan siap menjawab tantangan globalisasi termasuk persaingan di dunia kerja.
Sejauh ini, kebijakan-kebijakan yang ada seperti sekolah gratis, pelatihan tenaga pengajar hingga kontroversial penerapan ujian nasional dan kurikulum yang diterapkan menjadi jawaban yang menguap begitu saja. Belum sepenuhnya mampu mengangkat dan memberikan perubahan ke arah yang lebih baik dalam tatanan masyarakat. Dengan kata lain, pendidikan masih bersifat formalitas belaka, belum menyentuh ke arah peningkatan kualitas SDM di indonesia.
Beberapa pertanyaan yang layak untuk dikaji lebih mendalam untuk memaksimalkan pendidikan di di indonesia antara lain:
1. Apakah kurikulum yang ada telah sesuai dengan perkembangan saat ini?
2. Apakah jumlah tenaga pengajar sudah sesuai dengan dengan jumlah kebutuhan?
3. Seberapa sering tenaga pengajar mendapatkan tambahan pelatihan?
4. Apakah dana yang dianggarkan untuk pendidikan mampu memberikan fasilitas-fasilitas pendidikan?misalnya gedung yang layak, komputer dsb.
5. Kebijakan apa saja yang sudah diterapkan oleh pemerintah di dunia pendidikan? Apakah efektif? Standart apa yang dipakai dalam mengevaluasi kebijakan pendidikan?
6. Apa sasaran utama pendidikan baik jangka pendek maupun jangka panjang?
7. Apakah pendidikan telah menyentuh seluruh lapisan masyarakat di indonesia?
8. Apakah masyarakat memiliki kesadaran mengenai pentingnya investasi pada pendidikan? Perlukah sosialisasi?
Menurut saya, salah satu penyakit dalam dunia pendidikan dapat diidentifikasi dengan 8 pertanyaan diatas. Meskipun masih banyak faktor-faktor lain diluar batas pemikiran saya seperti penggelapan dana pendidikan hingga pola pikir pelaku pendidikan jika dilihat dari skala sosiologi.
Supported by :
0 komentar:
Posting Komentar